Rabu, 06 Desember 2017

Penbukaan -Pembukaan Surah

Pengertian Fawatih Al-Suwar
Dilihat dari segi bahasa ” fawatih” adalah jamak dari kata “faith”, yang lughawi artinya pembuka. Sedangkan kata ” suwar” adalah jamak dari kata ” surah”, sekumpulan ayat-ayat al-Qur’an
Jadi, Fawaatih Suwar berarti beberapa pembukaan dari surat-surat Al-Qur’an atau beberapa macam awalan dari surat-surat Al-Qur’an. Sebab seluruh surat Alqur’an yang berjumlah 114 buah surat itu dibuka dengan sepuluh macam pembukaan saja, tidak ada satu surat pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Dan tiap-tiap macam pembukaan itu mempunyai rahasia / hikmah untuk dipelajari. Istilah fawaatih al-suwar ini memang sering diartikan pula sebagai huruf al-muqoththo’ah (huruf terputus-putus/terpisah yang terdapat dipermulaan beberapa surat Al-Qur’an). Semua bentuk ini member pesan tertentu yang hanya bisa dipahami oleh mereka yang memahami tafsir al-Qur’an.
Diantara mufassir yang mengartikan fawaatihus suwar sebagai huruf al-muqoththo’ah adalah Subhi Al-Salih dalam kitabnya Mabaahith fi ‘uluum al-Qur’an dan Jalaluddin Al-Suyuthi dalam Al-Itqaan fi ‘Uluum al-Qur’an. Sehingga perlu ditegaskan bahwa fawaatihus suwar itu berbeda dengan huruf al-muqotho’ah. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa huruf al-muqoththo’ah merupakan bagian dari permasalahan yang dibicarakan dalam ilmu fawaatih al-suwar. Apabila dibedakan, setidaknya ada sepuluh macam fawaatih al-suwar yang digunakan al-Qur’an dalam awalan surat. Dan dari 114 surat yang ada di dalam al-Qur’an, ditemukan 29 surat yang menggunakan huruf al-muqoththo’ah sebagai pembuka.[1]
2.2 Macam-macam Fawatihus Suwar
Menurut Badrudin Muhammad Al-Zarkasyi (Al-Burhan fi’ulum Al-Qur’an, CD Rom Maktabah Syamilah , Jus 1:164 ) Allah Swt telah memberikan pembukaan terhadap kitabnya dengan sepuluh macam bentuk dan tidak satu surah pun yang keluar dari sepuluh macam pembukaan itu. Pertanyaan ini dikuatkan oleh Al-Qathalani dalam penjelasan di bawah ini ( lihat supiana dan karman, Ulumul Qur’an 2002: 172 ):
1) Pembukaan dengan pujian Allah (Al-istiftah bi Al-tsana ).
Pujian kepada Allah ada dua macam , yaitu :
 Menetapkan sifat-sifat terfuji dengan menggunakan (a) hamdalah, yakni dibuka dengan ﺍﻠﺤﻤﺩﷲ
 Mensucikan Allah dari sifat-sifat negative dengan menggunakan lafal tasbih yang terdapat pada 7 surah, yaitu Al-isyra’, Al-A’la, Al-hadid, Al-hasyr, Al-shaff, Al-jum’ah, dan Al-tagabun.
2) Pembukaan dengan huruf-huruf yang putus-putus (al-ahruf Al-muqatha’ah )
Pembukaan dengan huruf-huruf ini terdapat dalam 29 surah dengan memakai 14 huruf tanpa diulang , yakni :
ﺍ ﺡ ﺮ ﺱ ﺺ ﻄ ﻉ ﻖ ﻙ ﻝ ﻡ ﻦ ﻫ ﻱ
Penggunaan surah-surah tersebut dalam pembukaan surah-surah Al-Qur’an disusun dalam 14 rangkaian, yang terdiri atas kelompok berikut ini.
a. Kelompok sederhana, yakni pembukaan yang hanya satu huruf, terdapat pada surah, yakni …(surah Shad ), (surah Qaf ), dan (surah Al-Qalam)
b. Kelompok yang terdiri atas dua huruf, terdapat pada 9 surah, yakni (surah Al-mukmin, Al-sajdah, Al-zhukruf, Al-dhukan, Al-jatsyiah, dan Al-Ahkaf).
c. Kelompok yang terdiri atas tiga huruf, terdapat ada 13 surah, yakni, ( surah Al-baqarah,Ali-imran, Al-rum, Luqman, dan sajdah) : ( surah yunus, hud, Ibrahim, yusuf dan Al-hijr ) ;dan ( Surah Al-qashsash, dan Al-syu’ara )
d. Kelompok yang terdiri atas 4 huruf, terdapat pada 2 surah, yakni : ( surah Al-ra’d )dan (surah Al-A’raf )
e. Kelompok yang terdiri atas 5 huruf, terdapat pada 2 surah, yakni : ( surah maryam) dan ( surah Al-syura).
3) Pembukaan dengan panggilan ( Al-istiftah bi Al-nida )
Nida ini ada 3 macam , terdapat pada 9 surah yakni sebagai berikut.
a. NIda untuk nabi dengan term pada surah Al-ahzab, Al-tahrim, Al-thalaq.
b. Nida untuk nabi dengan term pada surah Al-muzammil.
NIda untuk nabi dengan term pada surah Al-mudatsir.
c. Nida untuk orang-orang yang beriman dengan term, pada surah Al-maidah, Al-hujurat, Al mumtalah.
d. Nida untuk orang-orang secara umum dengan term pada surah Al- nisa’ dan Al-hujj.
, yakni 5 surat dengan memanggil Rasul SAW pada surat: الأحزاب، الطلاق، التحريم، المزمل، المدثر dan yang lima surat dengan memanggil umat yakni pada surat: المائدة، الحج، الحجرات، dan الممتحنة.
يسالونك عن الآنفال، براءة من الله، إقترب للناس حسابهم، قد افلح المؤمنون، سورة أنزلناها، تنزيل الكتاب، ألذين كفروا، إنا فتحنا، إقتربت الساعة، ألرحمن علم القرآن، لقد سمع الله، الحاقة، سأل سائل، إنا آرسلنا نوحا، إنا أنزلناه، لم يكن، القارعة، ألهاكم،إنا أعطيناك، لا اقسم .
4) Pembukaan dengan kalimat berita ( Al-istiftah bi Al-jumlah Al-khabariyah ).
Kalimat berita ( Al-jumlah Al-khabariyah ) dalam pembukaan surah ada dua macam, yaitu :
a. Kalimat nomina ( Al-jumlah Al-khabariyah )
Kalimat ini terdapat pada 11 surah, surah At-taubah, Al-nur, Al-zumar, Muhammad, Al-fath, Al-rahman, Al-haqqah, NUh, Al-Qadr, Al-Qari’ah, dan Al-kautsar.
b. Kalimat Verba ( Al-jumlah Al-Fi’liyah )
Kalimat ini terdapat pada 12 surah, yaitu Al-Anfal, Al-nahl, Al-Qamar, Al-mukminun, Al-anbiya’, Al-mujadalah, Al-ma’rij, Al-Qiyamah, Al-balad, ‘abas, Al,bayina, Al-Takatsur.
5) Pembukaan Dengan sumpah ( Al-istiftah bi Al-Qasam )
Sumpah yang digunakan dalam pembukaan surah-surahAl-qur’an ada tiga macam dan terdapat pada 15 surah, yakni:
 Dalam surat itu Allah bersumpah dangan malaikat yaitu:Surat Ash- Shaaffat.
 Dua surat dengan menggunakan benda-benda angkasa, Al-Buruj dan Ath-Thariq.
 Enam surat sumpah dengan kelazimannya yaitu surat An-Najm sumpah dengan tata surya, wa Al-Fajr sumpah dengan mulai siang, wa Asy-Syamsy, sumpah dengan tandanya siang, wa Al-Lil sumpah dengan separo waktu, wa Adh-Dhuha sumpah dengan separonya siang, dan wa Al –‘Ahsr sumpah dengan separo yang akhir atau dengan jumlah masa.
 Dua surat sumpah dengan cuaca yaitu wa Adz-Dzariyati dan wa Al- Mursalati.
 Satu surat sumpah dengan debu yaitu surat Ath-Thur.
 Satu surat sumpah dengan tumbuhan yaitu surat At-Tin.
 Satu surat sumpah dengan hewan nathiq yaitu surat wa An-Naazi’at.
 Satu surat sumpah dengan binatang yaitu wa Al-‘Adiyat.
6) Pembukaan dengan Syarat (Al-istiftah bil-syart )
Syarat yang digunakan dalam pembukaan surah-surah Al-Qur’an ada dua macam dan digunakan dalam 7 surah yaitu Al-takwir, Al-insyikqaq, Al-waqi’ah, Al-Al-munafiqun, Al-zalzalah, dan Al-Nashr.
7) Pembukaan dengan kata kerja perintah ( Al-istiftah bi Al-Amr )
Berdasarkan penelitian para ahli , Ada sekitar 6 kata kerja perintah yang menjadi pembukaan surah-surah A-Qur’an yaitu pada surah Al-A’la, jin, Al-kafirun, Al-ikhlas, Al- falaq, Al-nas.
yaitu: ق أوحي، إقرأ، قل يا أيها الكافرون، قل هو الله أحد، قل أعوذ برب الفلق، قل أعوذ برب الناس ل.
8) Pembukaan dengan pertanyaan ( Al-istitah bi istifham)
Bentuk pertanyaan ini Ada dua macam yaitu :
a. Pertanyaan positif, yaitu pertanyaan dengan menggunakan kalimat positif. Pertanyaan dalam bentuk ini digunakan pada 4 surah yaitu surah Al-Dahr, Al-naba’, Al-ghasyiah, Al-ma’un.
b. Pertanyaan negative yaitu pertanyaan dengan mengguanakan kalimat negative, yang hanya terdapat pada dua surah yaitu surah Al-insyarh, dan Al-fi’il. yaitu pada enam surat, هل أتى، عم يتساءلون، هل أتاك، ألم نشرح، الم تر، أرأيت .
9) Pembukaan dengan doa (Al-iftihah bi Al-du’a )
Pembukaan dengan doa ini terdapat pada 3 surah ,yaitu surah Al-muthafifin , Al-humazah, dan Al-lahab yaitu: ويل للمطففين، ويل لكل همزة، تبت.
10) Pembukaan dengan alasan (Al-Istiftah bi Al- Ta’lil )
Pembukaan dengan alasan ini hanya terdapat pada surah Al-Quraisyi yaituلإيلاف قريش .[2]
2.3 Pembukaan-pembukaan surat dapat dikategorikan kepada beberapa bentuk:
1) Bentuk yang terdiri dari satu huruf. Bentuk ini terdapat pada tiga surat, yaitu surat Sad, Qaf, Wa Al-Qalam. Surat pertama dibuka dengan Sad, kedua dengan Qaf, dan ketiga dibuka dengan Nun.
2) Bentuk yang terdiri dari dua huruf. Bentuk ini terdapat pada sepuluh surat. Tujuh diantaranya dengan hawamim yaitu surat-surat yang didahului dengan Ha dan Mim. Surat-suratnya adalah surat Gafir, Fusilat, Asy-Syura, Al-Zukhruf, Al-Dukhan, Al-Jatsiyah, dan Al-Ahqaf. Khusus pada surat Asy-Syura pembukaannya bergabung antara حم dan عسق. Tiga surat lagi adalah surat طس، طه dan يس.
3) Pembukaan surat yang terdiri dari tiga huruf terdapat tiga belas tempat. Enam diantaranya dengan huruf الم yaitu surat Al-Baqarah, Ali Imran, Al-Ankabut, Ar-rum, Luqman dan Al-Sajadah. Lima huruf الر yaitu pada surat Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim dan Al-Hijr. Dua susunan hurufnya طسم terdapat peda pembukaan surat Asy-Syura dan Al-Qashash.
4) Pembukaan surat yang terdiri dari empat huruf, yaitu المص pada surat Al-A’raf dan pada surat Al-Ra’d المر.[3]
2.4 Pendapat Ulama’ tentang Fawatihus Suwar.
Pendapat-pendapat Ulama’tentang Fawatihus Suwar:
1. Para mufassir berpendapat bahwa huruf muqatha’ah dalam Al-Qur’an, termasuk ayat mutasyabihat, yang tidak dapat diketahui makananya (yang tersirat) kecuali hanya oleh Allah SWT. Namun Ibnu Qutaibah mengatakan, Allah tidak menurunkan sesuatupun dari Al-Qur’an , kecuali supaya hambanya bisa mengambil manfa’at dan memahami makna yang dikehendakinya. Ia berkata: Jika ayat mutasyabihat tidak dapat diketahui kecuali hanya oleh Allah, niscaya kita mendapat celaan.[4] Pendapat yang mengatakan bahwa fawatihus suwar termasuk mutasyabih adalah ulama’ salaf.[5] Dan juga termasuk pendapat ulama’ salaf seperti tokoh-tokah sebagai berikut: Sahabat Abu Bakar Ash-Sidiq pernah berkata: “ Pada tiap – tiap kitab ada rahasianya, rahasia dalam Al-Qu’an adalah permulaan-permulaan surat”, dan perkataan Sahabat Ali bin Abi Tholib: “ Sesungguhnya bagi tiap-tiap kitab ada saripatinya, dan saripati Al-Qur’an adalah huruf Tahajji.[6]
2. Ulama’ tasawuf berpendapat bahwa fawatihus Suwar adalah huruf-huruf yang tepotong-potong yang masing-masing diambil dari nama Allah, atau yang tiap-tiap hurufnya merupakan penggantian dari suatu kalimat yang berhubungan dengan yang susudahnya atau huruf itu menunjukkan kepada maksud yang dikandung oleh surat yang surat itu dimulai dengan huruf-huruf yang terpotong-potong.[7]
3. Mufassir orientalis yang bernama Noldeke dari Jerman berpendapat yang paling jauh menyimpang dari kebenaran, bahwa awalan surat itu tidak lain adalah teks Al-Qur’an, bersama Schwally karena tulisannya tentang sejarah Al-Qur’an ia berpendapat bahwa awalan surat itu tidak lain adalah huruf depan dan huruf belakang dari nama-nama para sahabat Nabi. Misalnya: Huruf Sin adalah dari nama Sa’ad Bin Abi Waqosh, Mim adalah huruf depan dari nama Al-Mughiroah, huruf nun adalahdari nama Usman Bin Affan.
4. Al-Khuwaibi mengatakan bahwa kalimat- kalimat itu merupakan tanbih bagi Nabi. Mungkin ada suatu waktu Nabi berada dalam alam manusia dalam keadaan sibuk maka Jibril memerintahkannya untuk mengucapkannya agar Nabi mendengar ucapan Malaikat Jibril maka Nabi mendengarkannya dengan seksama.
5. 5. As-Sayyid Rasyid Ridha tidak membenarkan al-Khuwaibi diatas, karena nabi senantiasa dalam keadaan sadar dan senantiasa menanti kedatangan wahyu. Rasyid ridha berpendapat bahwa tanbih ini sebenarnya dihadapkan kepada orang-orang musyrik mekkah dan ahli kitab madinah. Karena orang-orang kafir apabila nabi membaca al-Qur’an mereka satu sama lain menganjurkan untuk tidak mendengarkannya,seperti dijelaskan dalam surat Fushshilat ayat 26.[8]
2.5 Urgensi dari Fawatih As-Suwar
Urgensi tela’ah terhadap fawatihus suwar tidak terlepas dari konteks penafsiran Al-Qur’an. Pengggalian – penggalian makna yang terlebih dahulu melalui karakter bab ini, akan memberikan nuansa tersendiri, baik yang didasarkan pada data historis yang konkrit ataupun penafsiran yang menduga-duga. Lebih dari itu tentu saja kita tetap meyakini eksistensi Al-Qur’an, kebesarannya, keagungannya, juga rahasia kemu’jizatannya.
Banyak sekali urgensi yang kita dapat dalam mengkaji Fawatih al-Suwar.
Adapun sebagian dari urgensinya sebagai berikut:
1. Sebagai Tanbih (peringatan ) dan dapat memberikanperhatian baik bagi nabi, maupun umatnya dan dapat menjadi pedoman bagi kehidupan ini.
2. Sebagai pengetahuan bagi kita yang senantiasa mengkajinya bahwa dalam fawatih as-suwar banyak sekali hal-hal yang mengandung rahasia-rahasia Allah yang kita tidak dapat mengetahunya.
3. Sebagai motivasi untuk selalu mancari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4. Untuk menghilangkan keraguan terhadap al-Qur’an terutama bagi kaum Muslimin yang masih lemah imannya karena sangat mudah terpengaruh oleh perkataan musuh-musuh islam yang mengatakan bahwa al-qur’an itu adalah buatan Muhammad.
Dengan mengkaji Fawatih al-Suwar kita akan merasakan terhadap keindahan bahasa al-Qur’an itu sendiri bahwa al-Qur’an itu datang dari dari Allah SWT.[9]
2.6 Pengertian Khawatim Al-Suwar
Sebagaimana pembuka surah ,penutup surah pun memiliki keindahan tertentu. Alasannya ,penutup surah merupan akhirkesan yang didengar ( dibaca ) dari surah yang bersangkutan. Oleh karena itu , penutup surah memuat kandungan yang sarat dengan makna.
Istilah ‘’khawatim adalah bentuk jamak dari “Khatimah” yang berarti penutup atau penghabisan. Menurut bahasa, “Khawatim Al-suwar berarti penutup surah-surah Al-quran. Menurut istilah , “ Khawatim Al-Suwar ” adalah ungkapan yang menjadi penutup dari surah – surah Al-Qur’an yang member isyarat berakhirnya pembicaraan sesudahnya.
Imam Al-Syuthiy dalam membahas Khawatim Al-Suwar tidak begitu terperinci sebagaiamana menerangkan Fawatih Al-Suwar. Ia menerangkan beberapa bentuk termasuk sebagai penutup dari surah-surah tersebut. Disitu, diterangkan bahwa penutup surah diantara berupa doa ,wasiat fara’idh, tahmid ,tahlil, nasihat-nasihat ,janji dan ancaman ,dan lain-lain (Al-Suyuthiy, ibid,tt : 107 )
Menurut sementara penelitian , setidaknya ada 16 macam khawatim Al-suwar (Supiana ,op.cit., 2002: 178):
1. Penutupan dengan mengagungkan Allah (Al-ta’zhim )
Penutupan ini terdapat pada 17 surah, yaitu surah Al-Maidah, Al-Anfal, Al-Anbiya, Al-nur, Luqman, Fathir, Fushilat, Al-hujurat, Al-hadid, Al-hasyr, Al-jum’ah, Al-Munafiqun, Al-Taghbun, Al-thalaq, Al-jin, Al-mudatsir, Al-Qiyamah, dan Al-Tin. Ada yang berpendapat bahwa pada penutupan pada surah-surah ini bisa dimasukkan kedalam pertanyaan.
2. Penutupan dengan anjuran ibadah dan tasbih (Al-‘ibadah wa Al-tasbih )
Penutupan ini terdapat pada 6 surah, yaitu surah Al-a’raf, A-hijr, Al-thur, Al-Najm,dan Al-’alaqf, ,
3. Penutupan dengan pujian ( Al-tahmid )
Walaupun pujian ini tidak persis diakhir surah, melainkan sebelumnya, tetapi tetap digolongkan sebagai penutup. Penutupan ini terdapat pada 11 surah, surah Al-isra, Al-naml, Yasin, Al-shaf Al-shfat, Al-Zumar, Al-jatsyiyah, Al-Rahman, Al-waqiah, al-haqqah, al-nashr.
4. Penutupan dengan doa
Penutupan ini terdapat pada surah Al-mu’min dan Al-baqarah.
5. Penutupan dengan wasiat
Penutupan ini terdapat pada 7 surah, yaitu Al-Rum, Al-dhukan, Al-shaff, Al-a’la, al-fajr, Al-duha, dan Al-Ashr.
6. Penutupan dengan perintah dan masalah takwa
Penutupan ini terdapat pada surah Ali imran,Al-nahl, dan Al-Qamar.
7. Penutupan dengan masalah kewarisan
Penutupan ini terdapat pada surah Al-Nisa.
8. Penutupan dengan janji pada ancaman ( Al-wa Al-wa’id )
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-muzammil, Al-humazah.
9. Penutupan dengan hiburan bagi nabi Saw
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-kautsar, Al-kafirun.
10. Penutupan dengan sifat-sifat AL-qur’an
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah yusuf, shad, dan Al-Qur’an.
11. Penutupan dengan bantahan (Al-jadl )
Penutupan ii antara lain terdapat pada surah Al-Ra’d.
12. penutupan dengan ketauhidan
Penutupan ini antara lain terdapat pada suruh At-Taubah,Ibrahim,Al-khahfi, dan Al-Qasash
13. Penutupan dengan kisah
Penutupan ini , antara lain terdapat pada surah Maryam, Al-tahrim ,’Abasa, Al-fil.
14. Penutupan dengan anjuran jihad
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-hajj
15. Penutupan dengan perincian maksud
Penutupan ini antara lain terdapat pada surah Al-fatihah, Al-syu’ara, dan Al-Taqwir.
16. Penutupan dengan pertanyaan
Penutupan ini terdapat pada surah Al-muluk, Al-tin, dan Al-mursalat.
2.7 Aqsam ( Sumpah ) dalam Al-Qur’an
Ibnu Qayyim secara khusus mengulas masalah Aqsam ini dalam kitabnya, yaitu Al-tibyan fi’lum Al-Qur’an. Kedudukan aqsam daam al-qur’an ada yang diawal surah dan ada pula selain diawal surah. Dalam hal ini,aqsam hanya berkaitan dengan fawatih al-suwar.
1. Definisi Aqsam dan Unsur- unsurnya
Kata Aqsam adalah bentuk jamak dari “ qasam “ artinya half an yamin yang keduanya berarti sumpah . aqsam selanjutnya didefinisikan sebagai pengikatan jiwa( hati ) melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dengan suatu makna yang dipandang besar dan agung baik secara haqiqi maupun secara I’tidal( keyakinan ) oleh orang yang bersumpah itu. Aqsam Al-Qur’an yaitu sumpah – sumpah yang disampaikan oleh Allah Swt untuk meyakinkan kebenaran risalah yang dibawa oleh utusannya, Muhammad Saw.
a. Fi’il Al-Qasam
Unsur pembentukan (sighah ) asli qasam adalah fi’il atau kata kerja “aqsama” atau ahlafa yang ditransitifkan (di0muta’addkan ) dengan huruf ba’ untuk sampaika kepada almuqasam bih. Oleh karena qasam sering digunakan dalam percakapan maka Ia diringkas yaitu fi’il aqsam dihilangkan dan diucapkan dengan huruf ba’ pun diganti dengan huruf wawu yang dikenal dengan wawu qasam .
b. Al-muqasam bih
Al-muqasam bih adalah sesuat yang digunakan untuk bersumpah atau alat untuk bersumpah. Allah bersumpah dengan zatnya yang kudus yang mempunyai sifat- sifat khusus atau dengan ayat-ayatnya yang memantapkan eksistensi dan sifat-sifatnya..Sumpah nya dengan sebagian makhluk menunjukkan bahwa makhluk itu termasuk salah satu ayatnya yang besar. Misalnya:
ﻭﺍﻟﺸﻤﺲﻭﺿﺤﺎﻫﺎﻭﺍﻟﻗﻣﺮﺇﺬﺬﺍﺗﻼﻫﺎﻭﺍﻟﮩﺎﺎﺮﺇﺬﺍﺠﻼﻫﺎﻭﺍﻟﺴﻤﺎﻭﻤﺎﺒﻨﺎﻫﺎﻭﺍﻻﺮﺾﻭﻤﺎﻄﺤﺎﻫﺎﻭﻨﻓﺱﺱﻭﻤﺎﺳﻭﺍﻫﺎ
Artinya :
Demi matahari dan cahayanya di padi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinaanya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya ( ciptaannya ) ( Al-syam [91]:1-7)
Al-Qasam bih pada ayat tersebut adalah :matahari, bulan , siang, malam, langit, bumi, dan jiwa
c. Al-Muqassam’alaih
Al-muqassam’alaih adalah sesuatu yang karenaya sumpah yang diucapkan yang dinamakn dengan jawab qasam. Menurut ibnu Al-Qayyim (Al-tibyan Aqsam Al-Qur’an, tt: 3), hakikat yang disumpahi ada lima hal ,yaitu :
1. Pokok-pokok keimanan, seperti pada firman allah:
ﻭﺍﻠﺼﺎﻓﺎﺕﺼﻓﺎﺖﺼﻓﺎﻓﺎﻟﺯﺍﺠﺮﺍﺖﺯﺠﺮﺍﻓﺎﻟﺗﺎﻟﻳﺎﺖﺇﻦﺇﻟﻟﻬﻜﻡﻟﻭﺍﺤﺪ
Artinya :
Demi (rombongan )yang bershaf-shaf dengan sebenar-benarnya. Dan demi rombongan yang melarang dengan sebenar-benarnya ( dari perbuatan –perbuatan maksiat ). Dan demi ( Rombongan ) yang membaca pelajaran .Sesungguhnya Tuhanmu benar-banar esa (Al-shaffat [37]:1-4)
2. Kebenaran Al-Qur’an, Seperti pada firman Allah :
ﺤﻢ ﻭﺍﻠﻜﺘﺎﺏﺍﻠﻤﺒﻴﻦﺍﻨﺎﺍﻨﺰﻠﻨﺎﮦﻓﻲﻠﻴﻠﺔﻤﺒﺎﺮﻒﻒﻜﺔﺍﻨﺎﻜﻨﺎﻤﻨﺬﺮﻴﻦﻓﻴﻬﺎﻴﻓﺮﻖﻜﻝﺍﻤﺮﺍﻤﻦ
ﻋﻨﺩﻨﺎﺍﻨﺎﻜﻨﺎﻤﺮﺴﻠﻴﻦ
Artinya :
Haa miim. Demi kitab Al-Qur’an) yang menjelaskan.Sesungguhnya kami menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya kamilah yang member pringatn . pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (yaitu ) Urusan yang besar dari kami, sesungguhnya kami adalah yang mengutus rasul-rasul ( Al-Dhukan[44]:1-5)
3. Allah bersumpah bahwa Rasul itu benar ,seperti pada firman allah :
ﻴﺲﻭﺍﻠﻗﺮﺍﻦﺍﻠﺤﻜﻴﻢﺍﻨﻚﻠﻤﻦﺍﻠﻤﺮﺴﻠﻴﻋﻠﻰﺼﺮﺍﻄﻤﺴﺘﺘﻗﻴﻢﺘﻨﺰﻴﻞﺍﻠﻌﺯﻴﺰﺍﻠﺮﺤﻴﻢ
Artinya :
Yaa siin. Demi Al-Qur’an yang penu hikmah .Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul –rasul. (yang berada ) Diatas jalan yan lurus . (sebagai wahyu ) yang diturunkan oleh yang maha perkasa lagi maha penyayang (yasin [36]:1-5)
4. Allah bersumpah bahwa balasan ,janji, dan ancamanitu benar akan terjadi ,seperti pada firman allah :
ﻭﺍﻠﺬﺍﺮﻴﺂﺖﺬﺮﻭﺍﻓﺎﻠﺤﺎﻤﻼﺖﻭﻘﺮﺍﻓﺎﻠﺠﺎﺮﻴﺎﺖﻴﺴﺮﺍﻓﺎﻤﻗﺴﻤﺎﺖﺃﻤﺮﺍﺇﻨﻤﺎﺗﻮﻋﺪﻮﻦﻠﺼﺎﺪﻖﻭﺇﻦﺍﻠﺬﻴﻦ
ﻠﻭﺍﻗﻊ
Artinya :
Demi (angin) yang menerbangkan debu dengan kuat.Dan awan yang mengandung hujan .Dan kapal-kapal yang berlayar dengan mudah .Dan (malaikat-malaikat) yang membagi-bagi urusan.Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar. Dan sesungguhnya ( hari) pembalasan pasti terjadi. (Alzariyat {51}:1-6)
5. Keadaan manusia sepert pada firman allah
ﻭﺍﻠﻴﻞﺇﺬﺍﻴﻐﺸﻰﻮﺍﻠﻨﻬﺎﺮﺇﺬﺍﺘﺟﻠﻰﻮﻤﻤﺨﻠﻖﺍﻠﺬﻜﺮﻮﺍﻵﻧﺛﻰﺇﻦﺳﻌﻴﻜﻡﻠﺸﺗﻰﻰ
Artinya :
Demi malam apabila menutupi ( cahaya siang ).Dan siang apabila tarang benderang.Dan penciptaan laki-laki dan perempuan .sesungguhnya usha kamu memang berbeda-beda (Al-lail[92]: 1-4)
28 .Macam – Macam dan Faedah Qasam
Qasam itu adakalanya dzahir ( jelas/tegas) dan ada kalanya mudhmar (tersembunyi dan tersirat ).
a. Qasam Zahir
Adalah sumpah yang didlamnya disebutkan fi’il Al-Qasam dan Al-muqsam bih. Diantaranya ada yang dihilangkan fi’il Al-Qasamnya ,sebagaimana pada umumnya karena dicukupkan dengan huruf jar berupa huruf ba’,wawu, dan ta
b. Qasam mudhmar
Adalah yang didalamnyatidak dijelaskan fi’il Al-Qasam dan tidak pula Al-muqsam bih, tetapi ia ditunjukkan oleh ” lam taukid” (lam penguat )yang mauk kedalam jawab qasam,seperti pada firman allah :
ﻟﺗﺒﺒﻠﻭﻦﻓﻲﺃﻤﻭﺍﻟﻜﻡﻭﺍﻨﻓﺴﻜﻡﻭﻟﺗﺴﻤﻌﻦﻤﻦﺍﺍﻠﺬﻴﻦﺃﻭﺗﻭﺍﺍﻟﻜﻜﺗﺎﺐﻤﻦﻗﺒﻟﻜﻢﻢﻭﻤﻦﺍﻠﺬﻴﻦﺃﺷﺮﻜﻭﺍﺃﺬﻯﻜﻜﺛﻴﺮ
Artinya :
Kamu sungguh – sungguh akan diuji terhadap hartamudan dirimu ,dan ( juga ) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati( Al-imran [3]: 186)
Al-Qur’an diturunkan untuk seluruh manusia yang berbeda –beda sikap terhadapnya .Diantaranya ada yang meragukan , ada yang mengingkari dan ada yang pula yang amat memusuhi. Karena itu pakailah qasam dalam kalamullah , guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman , menegakkan hujjah ,menguatkan kabar dan menetapkan hukum dengan cara paling sempurna.
Sebagaiamana diterangkan diatas,bahwa pada fawatih al-suwar terdapat qasam karena yang dihadapi adalah orang – orang arab jahiliyah yang notabone meragukan keesaan allah swt dan kebanaran Nabi Muhammad Saw. Gibb mengatakan : “pada awal Muhammad Saw menyiarkan agama ,wejangan-wejangan dikeluarkan dalm gaya orakel yang ngotot , berbentuk kalimat pendek bersajak, kerap kali samar ,dan kadang-kadang didahulukan oleh satu atau beberapa sumpah menurut adat “( lihat islam dalam lintasan sejarah oleh sir Hamilton Alexander rosskeen Gibb, 1983). Maka allah Swt memaki sumpah – sumpah dengan apa yang mereka kagumi.
2.9 Kaitan Fawatih Al-suwar, Khawatim Al-Suwar, dan Aqsam dengan pesan surah
Al-Qur’an memang benar-benar wahyu dari allah Swt. Yang mengandung kemukjizatan dalam berbagai segi, termasuk dalam Fawatih Al-Suwar dn Khawtim Al-Suwar. Dalam hal ini para ulama telah berupaya untuk menangkap pesan dibaliknya untuk diaktualisasikan dalam kehidupan praktis.
Menurut Bhalagah ,fawati al-suwar merupakan husn Al-ibtida’ ( kebagusan permulaan ). Kalimat permulaan adalah ungkapan yang pertama kali dicerna oleh pembaca / pendengar yang akan memiliki kesan dan pengaruh melekat pad jiwa pembaca / penedengar sebagai kesan pertama.Pengaruh yang sama pun akan terjadi pada khawtim al-suwar ,sebagai ungkpan terakhir. Secara psikologis, penutup yang indah akan memberikan kesan yang indah yang membuat sipendengar /pembaca penasrn ingin mendengarkan ungkapan selanjutnya.Al-syutiy mengatkan bahwa , dengan sampainya penutup surah, pembaca sangat puas atas uraian yang telah dikemukakan oleh surah yng bersangkutan sehingga tidak ada perasaan heran yang terisasa ( lihat Muhammad bin Alawy ,zubdah Al-itqan fi’ulum Al-Qur’an,1999: 299).
Sebagaiman telah disebutkan bahwa diantara fawatih al-suwar ada huruf-huruf muqatha’ah ( terpisah ) yaitu huruf –huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagaian dari surah –surah Al-qur’an , sepeti alif lam mim, disebutkan : diantar ahli-ahli ada yang menyerahkan pengrtian kepada allah karena dipandang termasuk ayat-ayat mutasyabihat dan tentang fawatih al-suwar (Al-ahruf Al-muqatha’ah ).
Sebagaian golongan memandangnya sebagai nam surah ,sebagauman apendapt Abdurrahman bin zaid bin aslam ( Ibnu katsir, tafsir Al-Qur’an Al-azhim, 1/1991: 61). Ada pula yang memandang bahwa huruf-huruf abjad-abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para pendengar supaya memperhatikan Al-Qur’an itu dan untuk mengisyaratkan bahwa al-qur’an itu diturunkan dari allah dalam bahasa arab yang tersusun dari huruf huruf abjad. Kalau mereka tidak percaya bahwa al-qur’an diturunkan dari allah dan hanya buatn Muhammad saw semata-mata, maka cobalah mereka buat semacam Al-qu’an itu. Ada pula yang memandang bahwa itu adalah nama – nama allah swt. Pendapat ini dikemukakan misalnya , oleh salim bin Abdullah dan Al-sudi yang bersumber dari ibnu abbas dengan menerangkan bahwa alif lam mim masing – msing bermakna : alif adalah ana , lam adalah allah, dan lam adalah a’lamu ( ibnu kasir , ibid ).
Al-razi berpendapat bahwa huruf-huruf itu isyarat mengenai masa keberadaan kaum yang yang diterangkan dalam surah tersebut.misalnya alif masa satu tahun ,lam msa 30 tahun, mim masa 40 tahun (ibnu katsir, ibid ).
Menurut al-hubbi ,awal surah berupa huruf-huruf terpisah merupakan bentuk peringatan kepada nabi Saw.Dikatakan bahwa allah mengetahui bagian – bagian waktu nabi sebagai manusia kadang sibuk. Maka dari itu jibril menyampaikan firman allah seerti alif lam mim dengan suara jibril, supaya nabi menerima dan memperhatiakannya.
Nashr Hanid menerangkan, “ apabila pendapat-pendapat mengenai huruf-huruf muqatha’ah dikoleksi ,akan dicapai 13 takwil. Masing-masing ulama tidak dapat memaksakan pendapatnya pada satu pendapat” ( mafhum Al-Nash: Dirasah fi’ulum Al-qur’an ,2000: 194).
Dalam kitab Al-Qawaid Al-Hisan fi tafsir Al-Qur’an ( juz 1,halaman 49, CD Al-maktabah Al-syamilah ) disebutkan bahwa Allah Swt. Menutup ayat-ayatnya dengan al-asma’ al-husna dengan tujuan menjelaskan bahwasanya hukum yang disebutkan dalam surah tersebut berkaitan dengan namnya. Selanjutnya didalam kitab tresebut bahwa disebutkan kalau kita mencermati ayat-ayat diakhiri dengan Al-Asma’, Al-husna, kita akan mendapati bahwasanya syari’at ,perintah dan makhluk semuanya berasal dari nama-nama allah dan sifat – sifatnya.ada keserasian yang mendalam antara pembukaan,ayat setelahnya bahkan dengan penutup surah yang bersangkutan .sebagai contoh:
ﺍﻫﺪﻨﺎﺍﻠﺼﺭﺍﻟﻤﺴﺘﻗﻴﻢ
Artinya :
Tunjukilah kami jalan yang lurus ( Al-fatiahah [1]:6)
Ayat diatas mengandung permohonan untuk memperoleh hidayah, Dalam surah Al-Baqarah, Allah Swt mengabulkan permohonan tersebut dengan membuka dengan tiga huruf yang terpotong-potong disambung dengan ayat keduanya menerangkan bahwa petunjuk yang dipinta itu adalah Al-Qur’an yang tidak diragukan lagi.selanjutnya akan diterangkan berbagai aturan yang harus dijalankan. Selanjutnya allah menuntun kita, manusia sebagai makhluk yang lemah dengan doa diakhir surah Al-Baqarah. Doa itu berupa permohonan agar jangan diberi beban yang terlalu berat, agar dikuatkan dalam melaksanakannya, dan agar diberi pertolongan dalam mengemban tugas tersebut dari gangguan-gangguan orang-orang yang tidak menyukai petunjuk allah dimuka bumi ini.

Qasam(sumpah) dalam al-Qur'an

A. Pengertian Qasam
Qasam menurut bahasa berarti al-hilf dan al-yamin, yakni sumpah. Sedangkan menurut syarak ( hukum Islam ) adalah menahkikkan sesuatu atau menguatkannya dengan menyebut nama Allah SWT atau salah satu sifat-Nya ( Ensiklopedi Hukum Islam, 1993: 294 ). Menurut Baidan (1998: 213 ) qasam adalah menguatkan sesuatu dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan dengan menggunakan huruf-huruf (sebagai perangkat sumpah) seperti و , ب dan huruf lainnya. Dengan dua pengertian qasam dia atas dapat ditarik kesimpulan bahwa qasam adalah menguatkan sesuatu dengan menyebut nama Allah SWT atau salah satu sifat-Nya dengan menggunakan huruf sumpah ( al-qasam ), yaitu waw, ba, dan ta, seperti wallahi ( demi Allah ), billahi ( demi Allah ), dan tallahi ( demi Allah ).
B. Faedah Qasam dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan untuk semua manusia. Meskipun demikian, tanggapan manusia sangat beragam terhadap Al-Qur’an, di antaranya ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada yang memusuhinya. Keragaman tanggapan ini dicarikan solusinya dalam Al-Qur’an dengan menggunakan qasam yang tetap memperhatikan keadaan lawan bicaranya. Ada tiga pola yang digunakan Al-Qur’an yang terkenal dengan sebutan adrubul khabar as-salasah, yaitu ibtida’i, talabi dan ingkari ( Al-Khattan, 2001: 414 ).
Khabar Ibtida’i digunakan pada mukhatab yang hatinya masih kosong, belum mempunyai persepsi yang miring atau masih bersih dari memikirkan masalah yang dijadikan. Berbicara dengan orang seperti ini tidak menggunakan penguat ( ta’kid ). Sedangkan khabar yang digunakan dalam membahas suatu masalah dimana mukhatabnya masih ragu , maka mukhatab tersebut perlu penguat untuk menghilangkan keraguannya. Khabar ini dinamakan khabar talabi. Namun jika mukhatab menolak pernyataan yang disampaikan, maka diperlukanlah penguat sesuai dengan tingkat kadar penolakannya. Khabar seperti ni dinamakan khabar inkari.
Qasam dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk mengikat jiwa (hati ) agar tidak melakukan sesuatu, dengan ‘suatu makna’ yang dipandang besar , agung, baik secara hakiki maupun secara I’tiqadi oleh orang yang bersumpah (( Al Khattan, 2001: 414 ). Realitas ini telah dipraktekkan oleh bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad menyampaikan risalahnya dan menjadi adat kebiasaan secara turun temurun. Dalam prakteknya, mereka sering menggunakan kata Allah, meskipun mereka dikenal dengan penyembah berhala ( paganism ). Hal ini telah disinyalir oleh al-Qur’an dalam surat Al-Fathiir ayat 42 sebagai berikut:
Artinya :”dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, Maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran).”
Kebiasaan-kebiasaan qasam yang dilakukan oleh bangsa Arab ini tidak ditolak oleh Islam, tetapi justru dijadikan sarana untuk mengkomusikasikan Al-Qur’an kepada mereka. Hal ini terjadi mengingat Al-Qur’an diturunkan pada masyarakat arab yang menggunakan bahasa Arab ( Hamzah, 2003: 207 ).
Seiring dengan perkembangan zaman, qasam digunakan dalam berbagai hal, seperti sumpah di pengadilan, sumpah jabatan, sumpah organisasi dan lain sebagainya. Melihat reaitas ini, para alim merumuskan ketentuan qasam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Nasruddin Baidan ( 1998: 16 ) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaanya, sumpah harus memenuhi 4 rukun, yaitu: muqsim (pelaku sumpah),muqsam bih (sesuatu yang dipakai sumpah), adat qasam (alat untuk bersumpah), dan muqsam “alaih ( jawab sumpah). Sedangkan Al Khattan menyebutkan 3 unsur qasam, yaitu fi’il yang Ditransitifkan dengan “ba”, muqsam bih dan muqsam alaih ( Al Khattan, 2001: 414 ).
Mengingat qasam merupakan sesuatu yang sakral, maka para alim menggali aturan hukum yang dapat menempatkan sumpah ke dalam posisi yang tetap sakral, yaitu dengan menetapkan konsekuensi yang harus diterima oleh orang yang melakukan sumpah dusta atau melanggar sumpah. Konsekuensi yang dimaksud adalah membayar kafarah sumpah sebagai berikut : (1) Memerdekakan seorang budak, atau (2) Memberi makan sepuluh orang miskin, atau ( 3) Memberi pakain kepada sepuluh orang miskin ( Ibrahim, 1992: 270 ).
C. Unsur Sigat Qasam
Dalam pembahasan unsur- unsur sigat qasam, pemakalah memakai kreteria yang disampaikan Al Khattan sebagai berikut:
1. Fi’il yang Ditransitifkan dengan “Ba”
Dalam praktiknya, fiil qasam sering dihilangkan dan dicukupkan dengan dengan ba, wawu atau ta’. Ketiga huruf inilah yang disebut adat qasam oleh Baidan ( 1998: 114 ). Dalam Ensiklopedi Hukum Islam (1993: 295 ) dijelaskan bahwa lafal sumpah harus menggunakan huruf sumpah ( al-qasam ), yaitu waw, ba, dan ta, seperti wallahi ( demi Allah ), billahi ( demi Allah ), dan tallahi ( demi Allah ).
2. Muqsam Bih
Muqsam bih adalah sesuatu yang digunakan untuk bersumpah ( Al Khattan, 2001: 413 ). Kekuatan dan kesakralan sumpah tergantung dari muqsam bih yang digunakan. Termasuk konsekuensi yang akan diterima oleh orang yang mengucapkan.
Dalam Al-Qur’an, Allah menggunakan muqsam bih dengan apa saja yang dikehendaki ( Al Khattan, 2001: 416 ). Namun, secara garis besar, muqsam bih yang digunakan Allah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Sumpah Allah dengan Dzat-Nya sendiri.
Sumpah Allah dengan Dzat-Nya ini dimaksudkan untuk memantapkan eksistensi Dzat-Nya dan sifat-sifat-Nya ( Al Jauziyah, 2001: 9 ).
Muqsam bih dengan Dzat Allah ini disebut sebanyak 7 tempat dalam Al-Qur’an ( Al Khattan, 2001: 416 ), diantaranya:
Artinya: “ orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.”( QS At Tagabun ( 64) : 7 )
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.” ( QS Al Hijr ( 15 ) : 92)
Artinya: “Demi Tuhanmu, Sesungguhnya akan Kami bangkitkan mereka bersama syaitan, kemudian akan Kami datangkan mereka ke sekeliling Jahannam dengan berlutut.” ( QS Maryam (19): 68 )
b. Sumpah Allah dengan sebagian makhluk-Nya
Sumpah ini merupakan sumpah yang paling banyak disebut dalam Al-Qur’an. Sumpah ini digunakan dengan maksud untuk menunjukkan bahwa makhluk itu termasuk salah satu ayat-Nya yang agung ( Al Jauziyah, 2001: 9 ), di antaranya :
Artinya: “1. demi matahari dan cahayanya di pagi hari, 2. dan bulan apabila mengiringinya, 3. dan siang apabila menampakkannya, 4. dan malam apabila menutupinya, 5. dan langit serta pembinaannya, 6. dan bumi serta penghamparannya, 7. dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), 8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. 9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu” ( QS Asy Syams ( 91 ): 1-9 ).
Artinya : “ demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,@ dan demi bukit Sinai,@ dan demi kota (Mekah) ini yang aman,@ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya( QS Attin ( 95 ) : 1-4 )
Artinya: “ demi malam apabila menutupi (cahaya siang),@ dan siang apabila terang benderang, @dan penciptaan laki-laki dan perempuan, @Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda ( QS Al Lail (92) : 1-4 )
Khusus sumpah yang dilakukan manusia, syariat Islam memberikan aturan yang jelas, yaitu bersumpah hanya dengan Allah saja. Sedangkan bersumpah selain Allah dipandang syirik. Yusuf Qardhawi ( 1995: 522 ) menjelaskan bahwa apabila seseorang bersumpah dengan Allah berarti dia mengagungkan-Nya dan mentauhidkan-Nya. Kalau berdusta, ia tinggal menanggung dosanya. Namun, bila seseorang bersumpah dengan selain Allah, sesungguhnya ia telah melakukan perbuatan syirik. Fatwa ini didasarkan pada sabda Rasulullah saw. :
من حلف بغير الله فقد اشرك ( رواه احمد والترمذى والحكيم وابن عمر )
Artinya : “Barang siapa bersumpah dengan selain Allah, sesungguhnya ia telah melakukan syirik.”
Qasam, jika dilihat dari nampak tidaknya fi’il qasam dan muqsam bih dapat dibedakan menjadi 2 ( Al Khattan, 2001: 417 ), yaitu:
a. Zahir, yaitu sumpah yang di dalamnya disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih. Fi’il qasam, kadang disebutkan dan kadang dihilangkan. Fiil qasam yang dihilangkan ini disebabkan karena dipandang cukup dengan huruf jar berupa ba, wawu dan ta’. Contohnya :
IArtinya: (1) aku bersumpah demi hari kiamat,(2) dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri) ( QS A Qiyamah ( 75 ) : 1-2 )
Artinya: “(1) demi matahari dan cahayanya di pagi hari,(2) dan bulan apabila mengiringinya,( QS Asy-Syams ( 91 ): 1-2 )
b. Mudmar yaitu sumpah yang di dalamnya tidak disebutkan fi’il qasam dan muqsam bih, tetapi ditunjukkan oleh “ lam taukid” yang masuk ke dalam jawab qasam, seperti firman Allah dalam surat Ali Imran : 186 :
Artinya : “ kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk urusan yang patut diutamakan.”
3. Muqsam ‘Alaih
Muqsam ‘alaih atau dikenal dengan jawab qasam adalah sesuatu yang karenanya sumpah diucapkan. Dengan kata lain, qasam diucapkan karena untuk mengukuhkan muqsam alaih. Mudzakir, dalam menterjemahkan kitab Mabahis fi “ulumil Qur’an memberi penjelasan bahwa dalam gramatika bahasa Arab, qasam dan syarat merupakan unsur suatu kalimat. Keduanya harus mempunyai pernyataan jawab yang lazim disebut jawab qasam (muqsam alaih ), seperti kalimat “ Demi Allah, saya akan bersedekah “, dan jawab syarat, seperti kalimat “ Jika kamu rajin belajar, tentu akan pandai. (Al Khattan, 2001: 422 )
Berkaitan dengan pembahasan muqsam alaih, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan , yaitu :
a. Materi muqsam ‘alaih haruslah materi yang layak dikuatkan, seperti berita ghaib, bukan hal-hal kecil dan remeh.
b. Muqsam alaih pada umumnya disebutkan, namun kadang ada juga yang dihilangkan. Adapun contoh jawab qasam yang disebutkan adalah :
Artinya: “(1) demi matahari dan cahayanya di pagi hari, (2) dan bulan apabila mengiringinya, (3)dan siang apabila menampakkannya, (4) dan malam apabila menutupinya (5) dan langit serta pembinaannya, (6) dan bumi serta penghamparannya, (7) dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), (8). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya(9) Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, ( QS Asy Syams ( 91 ) : 1-9 ).
Sedangkan contoh jawab qasam yang dihilangkan adalah:
Artinya: “ (1) demi fajar, (2) dan malam yang sepuluh (3) dan yang genap dan yang ganjil, (4) dan malam bila berlalu. (5) pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal. (6) Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum 'Aad? ( QS Al Fajr ( 89 ) : 1-6 ).
Menurut sebagian ulama bahwa jawab qasam pada ayat di atas dihilang, yakni “ Kamu pasti akan disiksa wahai orang kafir Mekkah. Meskipun demikian, Al Khattan berpendapat lain, bahwa ayat di atas sebenarnya tidak memerlukan jawab, karena muqsam bihnya adalah waktu yang mengandung amal yang pantas untuk dijadikan oleh Allah sebagai muqsam bih.
c. Allah bersumpah untuk menetapkan bahwa muqsam alaih merupakan pokok –pokok keimanan yang wajib diketahui oleh makhluknya . Adapun ayat-ayat tersebut diantaranya sebagai berikut :
Artinya: (1) Yaa siin (2) demi Al Quran yang penuh hikmah,(3). Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,( QS Yasin ( 36 ) : 1-3 )
Artinya: “(1)demi (rombongan) yang ber shaf-shaf dengan sebenar-benarnya (2) dan demi (rombongan) yang melarang dengan sebenar-benarnya (dari perbuatan-perbuatan maksiat),(3)dan demi (rombongan) yang membacakan pelajaran, (4) Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Esa.”(QS Ashshffat: 1-4)
d. Muqsam alaih, jika dilihat dari jumlah ( kalimat ) yang digunakan ada 2 yaitu jumlah khabariyah dan thalabiyah. Jumlah Khabariyah adalah kalimat berita yang bersifat informatif dan inilah yang paling banyak sebagaimana firman Allah :
Artinya:” Maka demi Tuhan langit dan bumi, Sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti Perkataan yang kamu ucapkan.” ( QS Az-Zariyat ( 51 ): 23 )
Adapun jumlah talabiyah adalah kalimat yang tidak informatif yang berisi perintah, larangan, pertanyaan dan sebagainya.Sebagaimana firman Allah :
Artinya:”. Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua, @ tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.” ( QS Al Hijr ( 15) : 92-93 ).

Penbukaan -Pembukaan Surah

Pengertian Fawatih Al-Suwar Dilihat dari segi bahasa ” fawatih” adalah jamak dari kata “faith”, yang lughawi artinya pembuka. Sedangkan ka...