Jumat, 25 Agustus 2017

Pengertian , Nama-Nama Al-Qur'an dan Proses Turunnya Al-Quran




 



                                      



    

                                









 

            





                                                                                   







1.      PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah swt. yang telah menganugerahkan rahmat dan taufiq-Nya kepada kita. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad saw. mudah-mudahan kita mendapat syafa’atnya.
A. Latar Belakang
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum muslim di seluruh penjuru pelosok dunia. Yang menjamin kebahagiaan bagi setiap penganutnya di dunia maupun di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi yang sangat esensial yaitu Al-Quran yang berfungsi untuk memberi petunjuk kepada  jalan yang sebaik-baiknya.
Tak dapat dipungkiri, bahwa apabila hendak bahagia bersama Islam, penganutnya harus dekat dengan Al-Quran. Dalam artian yang lebih luas menegenal Al-Quran. Memperhatikan dan mempelajari Al-Quran.
B. Rumusan Masalah
Dalam rumusan makalah Ulumul Quran ini, penulis memakai  rumusan sebagai berikut :
1.      Apa  pengertian Al-Quran ?
2.      Apa nama – nama Al-Quran ?
3.      Bagaimana proses turunnya Al-Quran ?





















2.      PEMBAHASAN

A.     Pengertian Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat mengenai asal lafaz al-Qur’an, di antaranya :
1.      Asy-Syafi’i mengatakan, lafaz al-Qur’an yang terkenal itu bukan musytaq (bukan pecahan dari akar kata apa pun), lafaz tersebut sudah lazim digunakan dala pengertiannya sebagai kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. jadi menurut Asy-Syafi’i lafaz tersebut bukan berasal dari qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar katanya qa-ra-a (membaca), maka tentu setiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai al-Qur’an. Lafaz tersebut memang khusus bagi al-Qur’an, sama halnya dengan Taurat dan Injil.

2.      Sementara Al-Lihyani mengatakan, lafaz al-Qur’an merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata qa-ra-a yang bermakna tala (membaca).[1][2]

“Qa-ra-a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qiro’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan Qiro’ah, yaitu akar kata dari qa-ra-a, qiro’atan wa qur’anan. Allah menjelaskan dalam suroh al-qiyamah : 17-18 :
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ () فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ
“Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya(kepadamu, dengan perantaraan jibril) maka bacalah menurut bacaannya itu.”

Menurut ulama ushul dan fiqh, bahwa al-qur’an adalah :
الكلام المعجز المنزل على النبي صلى الله عليه وسلم المكتوب فى المصاحف المنقول بالتواتر المتعبد بتلاوته
Kalam yang mengandung kemukjiazatan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan secara mutawatir dan yang dinilai ibadah bila membacanya.[2][4]

ويذكر العلماء تعريفا له يقرب معناه ويميز عن غيره, فيعرفون بانه : كلام الله  المنزل على النبي صلى الله عليه وسلم  المتعبد بتلاوته[3][5]

B.     Nama-Nama Al-Qur’an
Allah Subhana Wa Ta’ala memilih beberapa nama bagi wahyu-Nya, yang berbeda sekali dengan bahasa yang digunakan masyarakat arab untuk penamaan sesuatu.
Iman As-Suythi menuturkan dalam kitabnya, Al-Itqan fi Ulimil Qur’an : Al-Jahid berkata : “Allah telah menamai kitab-Nya dengan nama yang berbeda sekali dengan nama yang diistilahkan oleh bangsa arab terhadap kalimat dan tafshil. Allah menamai jumlah kalimat-kalimat-Nya dengan Qur’an, sedang bangsa arab menamai jumlah kalimat-kalimatnya dengan Diwan. Allah menamai bagian-bagian kitab-Nya dengan Surat, sedang bangsa arab menamainya dengan Qasidah. Allah menamai bagian-bagian surat dengan Ayat, sedang bangsa arab menamainya dengan Bait. Allah menamai akhir Al-Qur’an dengan Fashilah, sedang bangsa arab menamainya dengan Qafiyah.
Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa Abul Ma’ali Syaizalah, yaitu pengarang kitab Al-Burhan Fi Musykilatil Qur’an, menyebutkan nama-nama Al-Qur’an dengan 55 nama, yaitu sebagaimana di terangkan Allah dalam berbagai ayat. Yaitu : Al-Kitab, Al-Mubin, Al-Qur’an, Al-Karim, Al-Kalam, An-Nur, Al-Huda, Ar-Rahman, Alfurqan, Asy-Syifa, Al-Mau’izhah, Adz-Dzikru, Al-Mubaarak, Al-‘Liyy, Al-Hikmah, Al-Muhaimin, Al-Hablu, Ash-Shirothol Mustaqim, Al-Muqayyim, Al-Qaul, Al-Fashlu, An-Nabaul ‘Adhim, Ahsanul Hadits, Al-Matsani, Al-Mutasyabih, At-Tanzil, Ar-Ruh, Al-Wahyu, Al-‘Rabiy, Al-Bashair, Al-Bayan, Al-‘Ilmu, Al-Haq, Al-Haadi, ‘Ajaba, At-Tadzkirah, Al-‘Urwatul Wutsqa, Ash-Shidqu, Al-‘Adl, Al-Amru, Al-Munadi, Al-Busyro, Al-Majid, Al-Zabur, Al-‘Aziz, Al-Balagh Al-Qashash, Al-Mukarromah, Al-Marfu’ah, Dan Ash-Shuhuf.[4][8]

 Menurut Muhammad Aly Ash-Shabuny, Al-qur’an mempunyai bebearapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang sangat tinggi dan luhur, dan secara mutlaq Al-Qur’an adalah kitab samawi yang paling mulia. Di antara nama-nama tersebut ialah :
1.      Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah dalam suroh al-isra’ : 9 :
إِنَّ هَـذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ...
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat lurus...”
2.      Al-Furqon, berdasarkan firman Allah dalam suroh al-furqon : 1 :
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً
            “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
3.      At-Tanzil, berdaasarkan firman Allah dalam suroh Asy-Syu’aro : 192-193 :
وَإِنَّهُ لَتَنزِيلُ رَبِّ الْعَالَمِينَ - نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ
            “Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruh Al-Amin (Jibril as)”
4.      Adz-Dzikr, berdasarkan firman Allah dalam suroh Al-Hijr : 9 :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
            “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”


5.      Al-Kitab, berdasarkan firman Allah dalam suroh Ad-Dukhan : 2 :
وَالْكِتَابِ الْمُبِينِ
            “Demi kitab (al-Qur’an)  yang menjelaskan.”
            Adapun mengenai sifat-sifat al-Qur’an sungguh tertera dalam ayat-ayat al-Qur’an, bahkan sedikit sekali (jarang) surat-surat dalam al-Qur’an yang tidak menyebutkan sifat-sifat yang sangat indah dan mulia terhadap kitab yang diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan mu’jizat (tiada tanding)yang abadi bagi seorang Nabi yang terakhir.[5][9] Di antara sifat-sifat al-Qur’an ialah :
1.      Nur
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah kami turunkan kepada kamu cahaya yang terang ebnderang (al-Qur’an).”
2.      Syifa dan Rahmat
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
“Dan kamu turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan A-Qur’an itu tidaklah menambal kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
3.      Huda
...قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ...
“...Katakanlah, Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman...”



4.      Mau’izoh
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Hai manusia ! sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”
            Apapun nama-nama Al-Qur’an yang jelas dan pasti ialah yang berasal dari Kalam Ilahi yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dan tertulis di dalam mushaf berdasarrkan sumber-sumber mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya, dan yang dibaca oleh umat islam dalam rangka ibadah.
C. Proses Turunnya Al-Qur’an
Ada beberapa pendapat mengenai  proses penurunan al-Qur’an dari Allah SWT sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Perbedaan pendapat itu pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam 3 kelompok besar, yaitu [4]:
1.      Kelompok yang berpendapat bahwa al-Qur’an diturunkan sekaligus (dari awal sampai akhir) ke langit dunia pada malam al-Qadar. Kemudian sesudah itu diturunkan secara berangsur-angsur dalam tempo 20, 23, atau 25 tahun sesuai dengan perbedaan pendapat diantara sesama mereka.
2.      Golongan yang berpendirian bahwa al-Qur’an diturunkan ke langit dunia bagian demi bagian (tidak sekaligus) pada setiap malam al-Qadar karena tidak ada kesepakatan di kalangan kelompok ini. Jadi, menurut mereka, setiap datang malam al-Qadar pada setiap Ramadhan, bagian tertentu dari al-Qur’an diturunkan ke langit dunia sekadar kebutuhan untuk selama satu tahun, sampai ketemu malam al-Qadar tahun berikutnya. Menurut pendapat ini, penurunan al-Qur’an bagaikan sistem paket yang dilakukan sekali dalam satu tahun, tepatnya pada setiap malam al-Qadar.
3.      Aliran yang menyimpulkan bahwa al-Qur’an itu untuk pertama kali diturunkan pada malam al-Qadar sekaligus, dari Lauh Mahfudz ke Bait al-Izzah dan kemudian setelah itu diturunkan sedikit demi sedikit dalam berbagai kesempatan sepanjang masa kenabian/kerasulan Muhammad SAW.
Al-Qur’an diturunkan dalam tempo 22 tahun 2 bulan 22 hari, yaitu mulai malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi, sampai 9 Djulhijjah haji Wada’ tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H.Menurut Al-Zarqani dalam manahil Al-Irfan berpendapat bahwa proses turunnya Al-Qur’an terdiri atas tiga tahapan:
1.Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah Ke Lauh Al-Mahfuzh, yaitu suatu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah, Q.S. Al-buruj ayat 21-22.Yang artinnya“Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam lauh al-mahfuzh” (QS.Al-Buruj : 21-22)
2. .Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah( tampat yang berada di langit dunia), sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Qadar ayat 1.
Artinya :”Sesungguhnya Kami telah menurunkan-nya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan”
 3.Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi dengan jalan berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Hal ini diisyaratjkan dalam Q.S. Asy-Syuaro ayat 193-195:Yang artinnya:“Dia dibawa turun oleh ar-ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas”.
Masa turunnya Al-Qur’an dapat dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama disebut periode makiyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih bermukim di Mekah, yaitu 12 tahun 5 bulan 13 hari yaitu dari 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi. Periode kedua disebut periode Madaniyah, yaitu ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah yaitu selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, yakni dari permulaan Rabiul awal tahun 54 dari kelahiran Nabi sampai 9 Djulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi. Hal ini menandakan bahwa Al-Qur’an mempunyai hubungan dialektis dengan situasi dan tempat dimana ia diturunkan.
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur mempunyai hikmah dan faedah yang besar sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Furqon ayat 32.Yang artinnya “ Dan orang – orang kafir berkata ,”Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanyya sekaligus ?” Demikianlah , agar kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan kami membacakannya secara tartil (berangsur – angsur), perlahan dan benar.Di samping itu masih banyak pula hikmah yang terkandung dalam hal diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur sebagai berikut:
  1. Untuk meneguhakan hati Nabi Muhammad SAW Mengingat watak keras masyarakat yamg dihadapi Nabi, maka dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur akan memperkuat hati Nabi.
  2. Sebagai Mukjizat Mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi Nabi dari kaumnya baik dari pertanyaan yang memojokkan. Turunnya wahyu yang berangsur-angsur itu tidak saja menjawab pertanyaan itu bahkan menantang mereka untuk membuat sesuatu yang serupa dengan Al-Qur’an.
  3. Untuk memudahkan hafalan dan pemahaman Al-Qur’an.  Sekiranya Al-Qur’an turun sekaligus tentu sulit untuk memahami dan menghafal isinya.
  4. Untuk menerapkan hukum secara bertahap.
  5. Sebagai bukti bahwa Al-Qur’an adalah bukan rekayasa Nabi Muhammad atau manusia biasa. Meskipun rangkaian ayatnya turun selama 23 tahun tetapi sistematika dan kandungannya tetap konsisten.





























BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Asy-Syafi’i mengatakan, lafaz al-Qur’an yang terkenal itu bukan musytaq, Sementara Al-Lihyani mengatakan, lafaz al-Qur’an merupakan pecahan (musytaq) dari akar kata qa-ra-a yang bermakna tala (membaca).
Menurut ulama ushul dan fiqh, bahwa al-qur’an adalah : Kalam yang mengandung kemukjiazatan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan secara mutawatir dan yang dinilai ibadah bila membacanya.
Al-Qur’an mempunya nama yang sangat banyak, meskipun ada ulama yang menyamakan antara nama dan sifat al-Qur’an.
Hikmah Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur itu ialah:
1.      Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan, dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan riwayat ‘Aisyah r.a.
2.      Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).

B.     Kritik/saran
Di daalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, untuk itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penbukaan -Pembukaan Surah

Pengertian Fawatih Al-Suwar Dilihat dari segi bahasa ” fawatih” adalah jamak dari kata “faith”, yang lughawi artinya pembuka. Sedangkan ka...